SILSILAH KIANSANTANG asal usul kian santang Prabu Kian Santang, namanya seakan-akan kabur antara nama dari dunia nyata dengan legenda, sebagaimana nama Prabu Siliwangi di wilayah Pajajaran. Nama sebenarnya adalah Raja Sangara atau Sunan Rohmat yang merupakan orang penting dalam penyebaran agama Islam di tanah Sunda. Menurut Ridwan Saidi, Prabu Kian Santang juga merupakan penyebar agama di tanah Betawi khususnya daerah Karawang, dulu, memang tidak ada pemisah antara tatar Sunda yang diwakili oleh Kerajaan Pajajaran dengan tanah Betawi. Posisinya sebagai menak atau turunan Raja menyebabkan da’wah Kian Santang cukup berpengaruh, latar belakang keilmuan dan keshalehannya adalah warisan dari ibunya Nyi Mas Subang Larang. silsilah sunda Kian Santang adalah anak dari Nyi Mas Subang Larang dengan Raden Pamanah Rasa Pangeran kerajaan Pajajaran yang awalnya diutus Prabu Anggalarang untuk menutup pesantren Syekh Quro, dimana Subang Larang menjadi murid disana. Sejarah Kian Santang tidak dapat diepaskan dari sejarah Syekh Quro seorang da’i asal Campa yang menyebarkan Islam di daerah Cirebon dan Karawang. Riwayat Sang Ibu Nyi Subang Larang adalah anak dari Ki Gedeng Tapa yang masih keturunan dari Prabu Wastu Kancana. Kedatangan Syekh Quro, da’i dari Campa yang masih keturunan Imam Husein bin Ali di Cirebon telah menarik minat Ki Gedeng Tapa untuk lebih mendalami tentang Islam. Tetapi, Prabu Anggalarang yang tidak berkenan, memerintahkan Syekh Quro menghentikan dakwahnya, karena semangat memahami agama Islam yang tidak ingin terputus, Ki Gedeng Tapa menitipkan anaknya Nyi Mas Subang untuk ikut Syekh Quro ke Campa. Beberapa tahun kemudian, Syekh Quro kembali ke wilayah Pajajaran dengan menumpang Kapal Laksamana Cheng Ho. Syekh turun di Karawang dan mendirikan mushola yang mungkin menjadi Pesantren Pertama Jawa Barat di daerah Karawang. Dari sinilah awal kiprah Nyi Subang Larang sebagai da’iyah di Tatar Sunda. Mengetahui Syekh Quro yang kembali, Prabu Anggalarang mengutus anaknya Raden Pamanah Rasa untuk menutup pesantren tersebut. Alih-alih menutup pesantren, Raden Pamanah Rasa malah tertarik oleh alunan merdu suara tilawah Qur’an Nyi Subang Larang yang mewarisi keahlian gurunya, Syekh Quro. Pamanah Rasa masuk Islam dan menikahlah dengan Nyi Subang Larang yang sama-sama turunan raja. Mereka memiliki tiga anak yakni Raden Walangsungsang, Nyi Mas Rara Santang dan Raja Sangara atau lebih dikenal sebagai Prabu Kian Santang. Mendalami sejarah penyebaran agama Islam di tatar Sunda nampaknya harus dimulai dari tokoh-tokoh utamanya seperti Syekh Quro, Nyi Subang Larang, Prabu Kian Santang dan seterusnya. Agar identifikasi keislaman orang Sunda menjadi jelas adanya, wallohu a’lam. Sekilas Jejak Kiansantang Kian Santang adalah tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya melegenda khususnya di hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah cirebon dan pasundan. Pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau jaya dewata raja pajajaran, yang dilahirkan dari permaisuri ketiga yang bernama nyi subang larang, subang-larang sendiri murid dari mubaliq kondang yaitu syeh maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang. Mulanya yaitu, ketika raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan atau pajajaran, yang di sibebabkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya yang memeluk agama “shangyang”, pada waktu itu. diriwayatkan beliau berkelana mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang ibu dari syarif hidayatullah atau “sunan gunung jati” dengan membuka perkampungan di pesisir utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau kasunanan cirebon yang sekarang adalah “kota madya cirebon”. Legenda kian-santang sendiri diambil dari sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang ceritanya pada waktu itu tersimpan rapi berbentuk buku di perpustakaan kerajaan pajajaran. Karena pajajaran adalah hasil penyatuan dua kerajaan antara galuh dan kerajaan sunda pura yang dimana kerajaan galuh dan sundapura adalah dua kerajaan pecahan dari taruma negara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan taruma negara yang di pecah menjadi dua yaitu tarumanegara yang berganti sundapura dan ibukota lama menjadi galuh pakuan. Dan jaya dewata menyatukan kembali dua pecahan kerajaan taruma negara menjadi pajajaran. Di mana di kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450 pernah terdapat putra mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang dalam ceritanya “di tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya. hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung, pasukan TANG dapat di halau dan tunggang-langgang meninggalkan taruma negara. Semenjak itu raden gagak lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk pasukan tang” Di ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin melihat darahnya sendiri. Hingga sampailah di suatu ketika sa’at dia mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab terdapat orang sakti mandraguna. Konon dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan dengan berkuda saja. “Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang sakti yang kian santang maksud tersebut”. Dan dengan senang hati si-kakek tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau “kiansantang” untuk mampir dulu ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk mengambilkanya ,konon dikisahkan si-kian santang tak mampu mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah kian santang baru sadar kalau kakek itu adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi “yang akhirnya menjadi guru spiritualnya” tongkat tersebut dapat di cabut . Cerita tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang menduga kalau kian santang itu adalah raden walang sungsang. Padahal banyak sekali cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Yang sesungguhnya dialah yang mengisahkan justru dialah yang di kira pelaku raden walang sungsang atau pangeran cakrabuana sebagai tokoh yang diceritakan itu. Tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi cirbon dan sekitarnya. Sehingga sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Raden walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya, Yang di mana kian santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu purnawarman namun di tolaknya dan kian santang memilih meninggalkan istana dan tahtanya di berikan adiknya yaitu darmayawarman. Begitu pula raden walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara santang yang di ambil istri oleh putra kerajaan mesir waktu itu dan pernikahan berlangsum di mesir yang dari perkawinan inilah nanti akan lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan prabu siliwangi ditolak mentah-mentah dan ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri atau bertapa, konon beliau menjelma macan putih. Pengambilan kisah penokohan dalam sebuah ceritra seperti ini sebenarnya pernah pula terjadi pada era sebelum raden walang sungsang yang tepatnya dilakukan oleh raja jaya-baya raja islam pertama di tanah jawa dari kerajaan panjalu atau kediri, di mana suaktu masih di pegang raja airlangga kerajaan tersebut bernama kerajaan KAHURIPAN dan karena kedua anaknya semua meminta tahta maka kahuripan di bagi dua yaitu panjalu dan jenggala. Sepanjang perkembangan dua kerajaan tersebut selalu bermusuhan dan pada masa kerajaan panjalu dirajai oleh jaya baya, panjalu mampu menaklukkan jenggala dan di satukan lagi antara jenggala dan panjalu. Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala rajanya jaya-baya meminta empu sedha dan empu panuluh untuk mengutip naskah dari india yang judulnya maha barata. namun di ferifikasi dengan gaya jawa. Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala. Yang akhirnya kitab tersebut di beri judul barata-yuda. Dan dalam kisah klasik jawa ini banyak kalangan masarakat yang mengira bahwa jaya baya adalah kelanjutan dari trah barata yaitu cicit dari parikesit putra abimanyu. Juga kisah lainnya yang serupa pernah pula hadir kemasarakat yang tujuannya waktu itu sebagai media dakwah untuk melindungi rongrongan ajaran syariat terhadap kaum ketika bergerak menyebarkan islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat cerita al-halaq fersi indonesia yaitu syeh siti jenar. Yang menurut Doktor Simon dari UGM Yogja berdasarkan temuannya karya-karya besar berupa naskah suluk dari sunan kali jaga dan lain sebagainya. Dapat di pastikan tokoh siti jenar adalah imajener hanya untuk media dakwah dan melindungi islam agar tetap pada ajaran ahlusunah wa jamaah. Dan sampai saat ini pendapat itu masih simpang siur dan menjadi perdebatan dan polemik panjang oleh para ahli sejarah di tanah air
SuruhKencana Raden Kian Santang Pusaka wesi kuning berukuran kecil berbentuk kuncup bunga sirih ini berasal dari riyadohan di Makam Raden Kian Santang di Garut Jawa Barat. Pusaka Kecil ini milik Kawan kami yang tinggal di Cirebon Jawa Barat,Dan beliau berniat menghibahkan Pusaka ini kepada siapa saja yang berjodoh.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. KIAN Santang adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya sangat me-logenda khususnya di hati masarakat pasundan; dan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tapi taukah anda, jika sebenarnya tokoh Kian-Santang ini, pertama kali berhembus di bumi Pasundan dikisahkan oleh Raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan Islam di tanah Cirbon sampai Pasundan. Pangeran Cakrabuana adalah anak dari Prabu Sili-Wangi atau Jaya Dewata Raja Pajajaran, yang dilahirkan dari permisuri ketiga yang bernama Nyi Subang Larang. Mengapa mereka menyebarkan Islam? Karena Subang-larang adalah murid dari mubaliq kondang yaitu Syeh Maulana-Hasanudin atau terkenal dengan Sebutan Syeh Kuro krawang. Bermula dari, Ketika raden Walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan Galuh Pakuan atau Pajajaran, yang di sbeapkan oleh ke-berbeda-an haluan dengan keyakinan yang ayahnya peluk, yakni agama "shangyang", pada waktu itu. Diriwayatkan beliau berkelana mensyi'arkan islam bersama adiknya yaitu Rara santang-ibu dari syarif hidayatullah atau sunan gunung jati-dengan membuka perkampungan dipesisir utara dengan bantuan Ki-Gendeg Tapa atau kakeknya - ayah dari nyi subang larang. Dan, perkampungan inilah yang akhirnya menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau Kasunanan Cirebon yang sekarang adalah "kota madya cirebon" Logenda Kian-Santang-Red, diambil dari sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang epik cerita-nya tersimpan rapi berbentuk sebuah buku di perpustakaan kerajaan pajajaran-ini berkaitan erat dengan tebakan para peneliti yang menyatakan bahwa naskah Serat Wangsakerta adalah palsu yang alasannya tinta yang digunakan untuk menulis kitab Wangsakerta terlalu muda dibanding KItabnya, disitu diperkirakan ada sebagian naskah yang hilang. bisa jadi naskah yang hilang tersebut adalah cerita tentang Kian Santang. Pajajaran memiliki kitab terntang cerita Kian Santang alasannya adalah, Karena pajajaran adalah hasil dari penyatuan dua kerajaan antara Galuh dan kerajaan Sunda Pura. Yang dimana kerajaan Galuh dan Sundapura pun adalah dua kerajaan pecahan dari Kerajaan Tarumanegara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan Tarumanegara, sengaja di bangun istana baru yaitu Sundapura pertama kali istilah Sunda ada dan kemudian oleh Trusbawa menantu - Linggawarman Raja ke 12 atau Raja terakhir - di jadikanlah Ibu kota tersebut menjadi kerajaan Sunda Pura. Sedangkan, Galuh dijadikan hadiah pada Writekandayu adik dari Gagak Lumayung karena berhasil mengusir penjajah Dinasti Tang 669m yang hendak menguasai Tarumanegara. Ini jika mengacu pada tahun, karena tahun 669 diperkirakan masa hidup Saydina Ali tokoh sentral dalam kisah Kian Santang ini. Dan, Jaya Dewata adalah orang yang menyatukan kembali dua pecahan Kerajaan Tarumanegara menjadi satu kembali dengan nama baru yakni Pajajaran, dengan jalan mengawini kedua putri dari kedua kerajaan tersebut. Karena pada waktu itu kedua kerajaan tersebut tidak mempunyai putra maka secara otomatis kedua kerajaan tersebut menjadi hak waris Jaya Dewata. Di mana di kisahkan dalam buku tersebut ; tersebutlah pada waktu itu yaitu abad ke 6m atau tahun 669m pernah terdapat putra mahkota yang sakti mandraguna keturunan Bagawan Manikmaya atau Cicitnya yang masih berdarah kerajaan Taruma Negara. Karena Bagawan Manikmaya kawin dengan putri Singawarman Raja Tarumanegara ke 7 yang bernama sobakencana. Kemudian dihadiahi bumi Kendan atau kerajaan Kendan. Dia adalah "GAGAK LUMAYUNG" yang dalam ceritanya "di tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya. hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung ,pasukan TANG dapat di halau dan tunggang-langgang meninggalkan Tarumanegara. semenjak itu Raden Gagak lumayung di beri sebutan ''KI AN SAN TANG'' yang artinya ''penakluk pasukan tang'' Di ceritakan Sang Kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin melihat darahnya sendiri seperti apa. Hingga sampailah di suatu ketika sa'at dia mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah Arab terdapat orang sakti mandraguna yang tak terkalahkan. Konon dengan ajian Napak Sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan dengan berkuda saja. "Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang sakti yang Kian Santang maksud tersebut''. Dan dengan senang hati si-kakek tersebut menyanggupi untuk menunjukkannya, namun sebelumnya dia mengajak dahulu Kian-Santang untuk mampir ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya. ternyata, tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk mengambilkanya ,konon dikisahkan Si-Kian Santang tak mampu mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah Kian Santang baru sadar kalau kakek itu adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi "yang akhirnya menjadi guru spiritualnya" tongkat tersebut dapat di cabut .dan siapakah kakek tersebut? ya dia adalah taklain dan tak bukan syaidina ali menantu dari baginda nabi muhamad Cerita tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang menduga kalau Kian Santang itu adalah raden Walang Sungsang. dan itu sangat Pradoks karena tidak mungkin -kalau Kian Santang yang dimaksud putra Pajajaran dapat bertemu Saydina Ali, karena jelas tahunnya sangat Jauh, hampir 800 tahun lebih. kita boleh saja terkecoh namun sesungguhnya banyak sekali cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Dialah yang mengisahkan, justru dialah yang di kira pelaku raden walang sungsang atau pangeran cakrabuana sebagai tokoh yang diceritakan itu. padahal kisah itu di gali oleh Raden Walang Sungsang tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di bumi Cirbon dan sekitarnya. Tapi ternyata, sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan Kian Santang adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Tentu hal ini akan membuat bingung karena saydina ali hidup antara th 500-650an sedang raden walang sungsang atau babad tanah cirbon itu sekitar th 1400an. Raden walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya, Yang di mana Kian Santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu Damunawan namun di tolaknya dan Kian Santang memilih meninggalkan istana Galuh dan tahtanya di berikan adiknya yaitu writekandayu. Begitu pula raden walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara santang yang di ambil istri oleh putra kerajaan mesir waktu itu dan pernikahan berlangsum di mesir yang dari perkawinan inilah nanti akan lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan Prabu Siliwangi pun ditolak mentah-mentah dan ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri atau bertapa, konon beliau menjelma macan putih. Pengambilan kisah penokohan dalam sebuah ceritra seperti ini sebenarnya pernah pula terjadi pada era sebelum Raden Walang Sungsang yang tepatnya dilakukan oleh raja jaya-baya yang menurut cerita dia adalah raja islam pertama di tanah jawa, karena dia pernah berguru pada Syeh Ali Syamsuden, seorang ulama dari Mesir dan setelah itu menciptakan kitab Musrar atau yang terkenal dengan Kitab Jongko Joypboyo dari kerajaan panjalu atau kediri, di mana sewaktu masih di pegang raja airlangga kerajaan tersebut bernama kerajaan KAHURIPAN dan karena kedua anaknya semua meminta tahta maka kahuripan di bagi dua yaitu panjalu dan jenggala. Sepanjang perkembangan dua kerajaan tersebut selalu bermusuhan dan pada masa kerajaan panjalu dirajai oleh jaya baya, panjalu mampu menaklukkan jenggala dan di satukan lagi antara jenggala dan panjalu. Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala Raja Jaya-Baya meminta empu sedha dan empu panuluh untuk mengutip naskah dari india yang judulnya maha barata. namun di ferifikasi dengan gaya jawa. Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala. Yang akhirnya kitab tersebut di beri judul Barata-Yuda. Dan dalam kisah klasik jawa ini banyak kalangan masarakat yang mengira bahwa Jaya Baya adalah kelanjutan dari trah barata yaitu cicit dari parikesit putra abimanyu dan kakek dari Angling Darma, padahal itu hanya fiksi. Juga kisah lainnya yang serupa pernah pula hadir kemasarakat yang tujuannya waktu itu sebagai media dakwah untuk melindungi rongrongan ajaran syariat terhadap kaum sufi. Maka ketika bergerak menyebarkan islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat cerita al-halaj dalam fersi indonesia yaitu; cerita syeh siti jenar. Yang menurut doktor simon dari UGM berdasarkan temuannya karya-karya besar berupa naskah suluk dari Sunan Kalijaga dan lain sebagainya. Dapat di pastikan tokoh siti jenar adalah imajener hanya untuk media dakwah dan melindungi islam agar tetap pada ajaran ahlusunah wa jamaah. Dan sampai saat ini pendapat itu masih simpang siur dan menjadi perdebatan dan polemik panjang oleh para ahli sejarah di tanah air. Referensi lengkap disimpan oleh penulisnya. Siapapun boleh meminta dan "diberi atau tidak" tergantung tujuan dan keperluannya Lihat Humaniora Selengkapnya
Disinibeliau disambut dengan baik oleh Ki Gedeng Tapa atau Ki Gedeng Jumajan Jati,yang masih keturunan Prabu Wastu Kencana Ayah dari Prabu Anggalarang dan, oleh masyarakat sekitar. 1.Raden Walangsungsang/kian santang( 1423 Masehi) 2.Nyi Mas Rara Santang ( 1426 Masehi) 3.Raja Sangara ( 1428 Masehi).
Raden Kian Santang Raden Sangara sering di kenal juga dengan nama Syeh Sunan Rohmat Suci. Raden Kian Santang adalah putra dari seorang ibu yang bernama Nyi Subang Larang dengan seorang ayah yang bernama Prabu itu juga Raden Kian Santang mempunyai saudara yang bernama Walangsungsang Pangeran Cakrabuana dan Rara Santang yang merupakan ibu Sunan Gunung Jati.Prabu Kiansantang menjadi dalem BogorRaden Kian Santang Prabu Kiansantang di angkay menjadi Dalam Bogor ke-2 pada usia yang mencapai 22 saat terjadinya sebuah peristiwa upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan. Dan juga bersamaan penobataan Prabu Munding mengabadikan dan mengenang kejadian hal yang sangat sakral pada saat penobatan dan juga penyerahan tongkat pusaka Pajajaran itu maka hal itu di tulis di sebuah batu yang bahkan batu itu masih terkenal hingga sekarang yang di kenal dengan Batu Tulis Bogor yang di tulis oleh Prabu Susuk Tunggal. Raden Kian Santang adalah seorang sinatria yang gagah dan juga perkasa, bahkan hal tidak ada satu orangpun yang dapat mengalahkan kegagahanya. Tidak hanya itu bahkan Raden Kian Santang juga sejak kecil hingga usia yang mencapai 33 tahun beliau belum tahu akan darahnya sendiri, dalam hal ini di artikan bahwa kesaktianya dan kegagahanya di seluruh pulau hanya itu kemudian Raden Kian Santang meminta kepada ayahnya untuk mencarikan seorang tandinaga yang dapat mengalahkanya. Kemudian sang ayahpun memangil orang yang ahli mujum untuk dapat menunjukan siapa yang dan dapat menandingi Raden Kian Santang. Namun hal tidak ada seorang pun yang mampiu menunjukan Kiansantang dan Sayyidina Ali kemudian setelah itu ada seorang kakek yang yang memberi tau bahwa ada seorang yang dapat mendandingi Raden Kian Santang orang itu yaitu yang bernama Sayyidina Ali, yang tinggal di Tanah Suci hanya itu kakek tersebut juga mengatakan bahwa ” Untuk dapat bertemu dengannya Sayyidina Ali, maka Raden Kian Santang harus melaksanakan dua syarat yang pertama yaitu harus menjadi Mujasmedi terlebih dahulu di ujung kulon. Dan syarat yang kedua yaitu harus mengubah namanya menjadi Galantrang Setra Galantrang yang artinya Berani, dan juga Setra yang artinya Bersih, suci.Kemudian ketika Raden Kian Santang telah melaksanakan syrat tersebut maka beliau berangkat ke tanah suci mekah. Kemudian ketika sampai di sana Raden Kian Santang bertemu dengan seorang laki-laki yang di sebut Sayyidina Ali, namun Raden Kian Santang tidak mengetahui bahwa beliau orang yang di Raden Kian Santang yang telah berubah nama menjadi Galantrang Setra menanyakan kepada laki-laki itu ” Apakah kau mengenak orang yang bernama Sayyidina Ali?” Galantrang Setra kepada laki-laki itu.” iya saya kenal, bahkan tidak hanya itu saya dapat mengantarkanmu ke tempat Sayyidina Ali” jawab laki-laki itu. Kemudian setelah itu mereka melakukan perjalanan namun tanpa di sadari bahwa laki-laki itu telah meninggalkan tongkat yang kemudian di tancapkan tanpa di ketahui oleh Galantrang Setra. Kemudian setelah berpuluh puluh meter menyuruh Galantrang Setra untuk dapat mengambilkan tongkat Galantrang Setra tidak mau akan tetapi laki-laki itu tetap menyuruh, ketika Galantrang Setra tidak mau mengambilnya maka tidak akan melanjutkan perjalan mereka. Karena hal itu akhirnya Galantrang Setra melakukan dan mengambil kembali tongkat ketika sampai di sana Galantrang Setra mencabutnya dengan sebelah tangan akan tetapi tongkat tersebut tidak terlepas. Kemudian mencoba untuk mencabutnya kembali namun tidak lepas, bahkan posisi tongkat tersebut tidak berubah sama hanya itu bahkan telah mencoba dengan sekuat tenaga bahkan menggunakan tenaga batin juga. Akan tetapi hal itu tidak dapat memberikan hasil tongkatnya tetap saja tak dapat mengetahui bahwa laki-laki yang di temuinya adalah Sayyidina Ali. Kemudiaan Galantrang Setra kembali pulang ke Tanah Jawa dan meninggalkan Mekkah dan di sana beliau bingung dan tak tau arah. Karena hal itu kemudian Galantrang Setra kembali lagi ke Mekah untuk mencari Sayyidina Ali dan dengan niatan untuk belajar agama islam. Kemudian selama 20 hari beliau mempelajari agama kemudian kembali pulang ke tanah Sunda dan ke rumah ayahnya yaitu Prabu Siliwangi yang kemudian menceritanakan pengalamanya dan apa yang telah terjadi. Dan tidak hanya itu saja Galantrang Setra meberitahukan ayahnya bahwa dia telah masuk islam dan ingin mengajak ayahnya untuk masuk islam kisah pertemuan dengan Sayyidina Ali ini merupakah kisah yang perlu pehaman lebih lanjut, baik secara ilmu maupun secara Seperitual maupun ilmu logika, Penkajian Ulang Tentang Kisah ini pun harus di lakukan dengan dasar perbedaan Zaman yang ada. Masa Sayyidina Ali dan Raden Kian santang ini Mempunyai Rentang waktu Cukup Jauh. Tetapi Jika Allah berkehendak Bukan Hal Yang musatahil Bahwa Hal ini bisa Saja Terjadi. wallahu a’lam bishawab
Inilahciri ciri keturunan raden kian santang dan ulasan lainnya yang berkaitan erat dengan topik ciri ciri keturunan raden kian santang serta aneka informasi dunia misteri yang Anda butuhkan. Silhkan klik pada judul artikel-artikel berikut ini untuk membaca penjelasan lengkap tentang ciri ciri keturunan raden kian santang. Semoga bermanfaat!
PrabuKian Santang atau Raden Sangara atau Syeh Sunan Rohmat Suci, adalah Putra Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Raja Pakuan Pajajaran dengan Nyi Subang Larang, Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh Syekh Quro' Karawang.
assalamualaikumsemuanya kali ini saya akan membahas silsilah turunan yg baru terungkap,yg sdh puluhan tahun akhirnya jelas sdh darimana asal keturunan saya
Sesetengahnyamengatakan beliau dari keturunan kacukan Jawa dan Cina, dan yang lain pula menyatakan beliau berketurunan raja Majapahit. Mengikut huraian terakhir oleh Prof. Slamet Mulyana dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", Raden Patah adalah putera Kertabumi, raja Majapahit (1466
Anakkedua Siliwangi yaitu perempuan bernama Nyimas Rara Santang ( Rientammy ), dan yang ketiga yaitu laki-laki bernama Raden Kian Santang ( Alwi Assegaf ). Ketiga anak ini dibesarkan dalam pengajaran Islam sehingga tumbuh menjadi muslim dan muslimah yang taat. Sejak lahir, Kian Santang sudah menampakkan keistimewaannya.
radensurya kencana Raden Haji Suryakenca Tahukah anda : Sumedang sering kali hanya jadi per Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Kian Santang; Raden Patah: Penegak Kekuasaan Islam di Jawa ISLAM DI TATAR SUNDA Kapan pertama kal BOROBUDUR JEJAK NABI SULAIMAN BOROBUDUR PENINGG KATA MUTIARA PENYEJUK KEHIDUPAN
Namasulaenah, dipanggil ibu sulamUsia mencapai 100 tahun lebihTinggal di nagan raya acehKondisi mulai pikun
gctX.